Pac-Man
Pac-Man
Pac-Man

Selasa, 19 November 2013

Keistimewaan Matoa

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Matoa Tanaman matoa merupakan tanaman khas  dari Maluku akan tetapi belum dibudidayakan oleh masyarakat Papua, hal ini dikarenakan tanaman banyak tumbuh di hutan-hutan secara alami sehingga masyarakat tidak perlu menanam namun masih bisa mendapatkan buah matoa yang melimpah (Vitiawan, Santo. 2008). Adapun klasifikasi tanaman Matoa (Pometia pinnata) yang dikutip dari publikasi internet, dapat dipaparkan sebagai manaberikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkepingdua / dikotil) Sub Kelas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Pometia Spesies : Pometia pinnata J.R.  & G.Forst NamaLokal : Pakam (Batak Karo), kasai (Inggris),matoa (Indonesia), lauteneng (Simalur), langsekanggang (Minangkabau), leungsir (Sunda), kayusapi (Jawa), motoangaage (Galileo), Hatobu, Ngaeke (Tobelo). Pohon Matoa dapat mencapai tinggi 47 m, dengan garis tengah batang 140 cm, berbanir besar sampai 5,50 m tingginya. Daunnya bersirip dengan 3 - 13 pasang anak daun. Daun terbawah sering kali menyerupai stipula (daunpe¬numpu).Bagian-bagian yang muda kadang-kadang berbuluh alus. Bunga jan¬tan dan betina. Buah berbentuk elips, ukurannya mencapai 3,5 X 3 cm, dengan berbagai warna kulit, mulai dari kuning, merah tua, ungu atau coklat. Daging buahnya tipis dan manis. (De Graaf, NR & JW Hildebrand, PB Laming, JM Fundter. 2009) Matoa termasuk tanaman langka. Pohonnya rindang dengan akar yang kuat dan buahnya berasa manis. Buah matoa yang tumbuh di Papua umumnya dapat dimakan, Ada yang menyebut rasa manisnya seperti kelengkeng campur durian, ada pula yang menyebut seperti rambutan. Matoa asli Papua ternyata mempunyai keistimewaan (Vitiawan, Santo. 2008).Kayu yang dihasilkan oleh pohon matoa cukup berkualitas dan sangat umum digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat papua dan industry kayu lapis yang kemudian diekspor keluar negeri. Juga dapat digunakan untuk peralatan pertanian dan peralatan olah raga serta bahan pembuat arang. Kulit kayunya juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional (De Graaf, NR & JW Hildebrand, PB Laming, JM Fundter. 2009). Tanaman itu bias ditanam melalui biji maupun cangkok. Jika ditanam melalui biji, matoa bias mulai berbuah pada umur 3,5sampai 4 tahun. Namun, jika melalui cangkok, umur 1,5-2 tahun sudah bias berbuah.  Ada keunggulan tersendiri jika menanam matoa melalui biji atau cangkok. Selanjutnya dikatakan pula bahwa kendala utama hanyalah hama kalong. "Dari pengalaman yang ada, kendala terbesar adalah kalong dan codot.Jadi, kalau matoa mulai matang,  saya harus membungkus setiap buah matoa di pohon menggunakan kain strimin dari kawat. Kalau tidak seperti ini jangan harapkan dapat menikmati," kata sesepuh Kelurahan Hadimulyo Barat itu (Suprayogi. 2008). B. Biodiesel Energi alternative adalah energy pengganti dari pada energi yang sering kita gunakan. Energi ini merupakan energi yang bias terbarukan atau bias dipakai terus – menerus, mudah didapatkan dan ramah lingkungan. Pemerintah diketahuit telah memprogramkan pemanfaatan Jarak Pagar sebagai subtitusi solar dan singkong sebagai subtitusi premium. Kedua komoditas ini diharapakan mengganti pemakaian  solar. Menurut penelitian minyak jarak mengandung banyak oksigen sehingga akan terjadi pembakaran sempurna, emisi karbon menjadi berkurang (buangan tidak berbahaya, bersih, dan ramah lingkungan) (Prihandana,Rama. 2005). Adapun proses pembuatan biodiesel cukup sederhana yaitu dengan mencampur minyak nabati yang  didapat dari tumbuhan dengan methanol atau etanol sehingga didapatkan ester metal atau ester etil dangliserin. Ester metal ataupun ester etil adalah wujud dari biodiesel  itu sendiri. Pemakaian biodesel untuk otomotif sudah banyak dilakukan di luar negeri seperti, Jerman, Perancis, Malayasia dan Jepang. Sedangkan, di Indonesia baru diperkenalkan pada tahun 2005  dan saat ini sudah dipakai untuk otomotif dengan dicampur hingga 5 % dengan solar yang dikenal dengan “Biofuel”. Bilamana program pemerintah dan kesediaan masyarakat untuk menggunakan biodiesel menjadi suatu kenyataan , maka tidak tertutup kemungkinan bahan baku jarak saja tidak mencukupi. Oleh karena itu, perlu didukung oleh pembudidayaan tanaman yang berpotensi  untuk sumber biodiesel lainnya. Sumber biodiesel selain jarak (Jatrophacurcas) dan biji kapuk yang sudah umum diketahui, beberapa lainnya dapat disebutkan sebagai berikut: Biji buah kelor (MoringaOleifera), Nyamplung (Callophylluminophyllum), Kacang Tanah (Arachis hypogea), Kemiri (Aleuritesmoluccana), Alpukat (Perseagratissima). Sedangkan di Kabupaten Soppeng menurut uji pendahuluan diketahui pohon matoa juga berpotensi menjadi sumber biodiesel (Prihandana, Rama. 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar